A. Pengertian Basarah
Basarah berasal dari bahasa sangiang yang terdiri dari suku kata “Bas adalah Basalupu, Basalumpuk, Basalungkem artinya terkandung ajaran Ranying Hatalla”, “A adalah Auh, Ajaran” dan “Rah adalah Ranying Hatalla. Jadi Basarah adalah basalupu, basalumpuk, basalungkem auh ajaran Ranying Hatalla artinya menyerahkan diri secara lahir bathin kepada Ranying Hatalla, menghormati, tunduk, menghamba serta memohon pada Tuhan Yang Maha Esa (Ranying Hatalla Langit). Dalam basarah terkandung pula suatu pengertian menyerahkan diri/menundukkan diri serta menghamba kepada yang disembah, di dalam Agama Hindu Kaharingan basarah itu merupakan wujud nyata dari kegiatan keagamaan dengan tujuan untuk menghormati, menyerahkan diri serta menghamba kepada Ranying Hatalla. Kitab Suci Panaturan merupakan sumber hukum atau sumber ajaran yang memuat ajaran tentang ritual agama dan kewajiban umat Hindu Kaharingan melaksanakan basarah sebagai wujud pelaksanaan kegiatan kehidupan beragama. (more…)
Basarah berasal dari bahasa sangiang yang terdiri dari suku kata “Bas adalah Basalupu, Basalumpuk, Basalungkem artinya terkandung ajaran Ranying Hatalla”, “A adalah Auh, Ajaran” dan “Rah adalah Ranying Hatalla. Jadi Basarah adalah basalupu, basalumpuk, basalungkem auh ajaran Ranying Hatalla artinya menyerahkan diri secara lahir bathin kepada Ranying Hatalla, menghormati, tunduk, menghamba serta memohon pada Tuhan Yang Maha Esa (Ranying Hatalla Langit). Dalam basarah terkandung pula suatu pengertian menyerahkan diri/menundukkan diri serta menghamba kepada yang disembah, di dalam Agama Hindu Kaharingan basarah itu merupakan wujud nyata dari kegiatan keagamaan dengan tujuan untuk menghormati, menyerahkan diri serta menghamba kepada Ranying Hatalla. Kitab Suci Panaturan merupakan sumber hukum atau sumber ajaran yang memuat ajaran tentang ritual agama dan kewajiban umat Hindu Kaharingan melaksanakan basarah sebagai wujud pelaksanaan kegiatan kehidupan beragama. (more…)
SETUME NALAU TATAU BAKARUKU BAWE APE
SETUME NALAU TATAU BAKARUKU BAWE APE
( Ceritera Pertemuan Nalau Tatau Dengan Bawe Ape )
Sebuah Cerita yang melatar belakangi terjadinya pernikanan pada suku Dayak Tawoyan.
Pada jaman dahulu kala ada seorang Pria tampan bernama Nalau Tatau pergi berburu di hutan menggunakan alat sumpit, didalam perburuan tersebut Nalau Tatau tidak menemukan makhluk buruan apapun, jangankan makhluk buruan, bunyi burung pun tak ada, semua sunyi senyap seakan-akan tidak ada satupun ekosistem alam disana. Tetapi walaupun tidak menemukan binatang buruan Nalau Tatau tetap semangat untuk berburu. Pada akhirnya Nalau Tatau menemukan sebuah Pohon Besar yang dalam bahasa Tawoyannya disebut “Puti beke sampah lalir, putang bengke sampah daan”. Disaat Nalau Tatau menoleh ke atas, ternyata di atas pohon tersebut ada Seorang Perempuan yang sangat cantik jelita, yang membuat Nalau Tatau terkesima. Sehingga Nalau Tatau menyapa Perempuan Cantik jelita tersebut “Ense aran ko?” artinya : “Siapa namaMu?”.. Berulang kali Nalau Tatau menanyakan nama perempuan tersebut sekaligus memohon agar perempuan tersebut turun dari atas pohon. Namun perempuan tersebut tidak bergeming sedikitpun. Merasa tidak diperdulikan Nalau Tatau bergumam “bereninu danum luung manyikumai batang tiwak, bara bujur ko otur alur iya ko ngampu ngintun kayu berelimgpung suang,amun ko mula moyo dolui, amun ngatah naan tana ukir ta lalir tana surat ta wakat, Ap siap nge ngaramu ngaruye e”. (more…)
Agama Pedoman Hidup
Agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan pedoman
hidup umat manusia. Sumber ajaran Agama adalah wahyu dari Tuhan, Ranying
Hatalla Langit, Tuhan merupakan sandaran yang paling kuat untuk
menegakkan keyakinan dalam beragama. Kaharingan berasal dari bahasa
sangiang dari kata “haring” artinya hidup, ditambah awalan Ka dan
akhiran An menjadi “Kaharingan” artinya sumber kehidupan dengan kuasa
Ranying Hatalla Langit. Hindu Kaharingan sebagai salah satu Agama yang
dianut oleh masyarakat suku Dayak mengandung aturan yang mengatur
hubungan dengan Ranying Hatalla, hubungan manusia dengan manusia,
manusia dengan alam lingkungan, aturan itu tertulis dalam kitab suci
panaturan menjadi sistem keyakinan dan diwujudkan dalam perilaku serta
tindakan-tindakan. (more…)
FENOMENA HINDU KAHARINGAN ATAU KAHARINGAN
Oleh : Sastriadi U Bunu
Bayangkan pada jaman dahulu kala, hiduplah kelompok-kelompok masyarakat di US, UK, India, Timur Tengah, Jawa, Bali, Kalimantan, Kahayan, Barito, Rungan, Mentaya, dll. Kelompok masyarakat. ini kemudian berkembang & secara alami terciptalah sebuah norma/tatanan yang mengatur kehidupan mereka, demi keberlangsungan hidup mereka. Norma tersebut mengatur bagaimana hububungan mereka dengan sesama, dengan lingkunganya, dan hubungan dengan Penciptanya . Norma ini otomatis tercipta sebagai sebuah tuntutan, kalau tidak diatur maka hubungan simbiosis mutualisme ketiganya akan kacau. (more…)
Bayangkan pada jaman dahulu kala, hiduplah kelompok-kelompok masyarakat di US, UK, India, Timur Tengah, Jawa, Bali, Kalimantan, Kahayan, Barito, Rungan, Mentaya, dll. Kelompok masyarakat. ini kemudian berkembang & secara alami terciptalah sebuah norma/tatanan yang mengatur kehidupan mereka, demi keberlangsungan hidup mereka. Norma tersebut mengatur bagaimana hububungan mereka dengan sesama, dengan lingkunganya, dan hubungan dengan Penciptanya . Norma ini otomatis tercipta sebagai sebuah tuntutan, kalau tidak diatur maka hubungan simbiosis mutualisme ketiganya akan kacau. (more…)
Veda dalam Klasifikasi (Sebuah Pemahaman bagi Pemula)
 Pengertian Veda
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Veda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian dan atau kebenaran yang diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Ṛsi. Veda secara ethimologi berasal dari kata “vid” (bahasa sansekerta), yang artinya “mengetahui†dan atau “pengetahuanâ€. Sehingga Veda berarti “ilmu pengetahuan suci yang maha, sempurna dan kekal abadi serta ilmu pengatahuan yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Veda dikenal pula dengan istilah kitab Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Veda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran langsung dengan kemekaran intuisi para maha Ṛsi, dan juga disebut kitab Mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. (more…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar